Sabtu, 25 September 2010

Pulang Kerumah Taubat

Pelayan Dosa,
Dijemat jarimu istana kami.
Diujung lidahmu tangisan kami.
Sembilu dalam dada
Gairah muda yang berdosa,
Hari ini telah kami bakar surga!

Hati yang patah,
Telah merekatkan kecantikan yang penuh darah.
Bentuk-bentuk ketidakwajaran,
telah menjadikan kematian lebih indah.

Beri kami penyesalan.
Beri kami penebusan.

Dan sambutlah kami pulang, wahai pengampunan.

Kepada Yth. Pilihan

Saya berani bersumpah, saya tidak sedang menggunakan zat-zat adiktif, (sudah lama juga meninggalkan alkohol) dan tidak dalam pengaruh klenik ketika saya menuliskan ini kepada anda semua.

Atas nama insomnia dan keinginan terdalam saya untuk mencongkel bola mata saya sendiri malam ini, saya ingin berbicara tentang apa saja yang sebenarnya tidak pernah saya pedulikan selama ini.

s e s u n g g u h n y a
kemampuan terbesar yang dimiliki oleh manusia (dan kabarnya inilah yang menjadikan mereka 'konon' sempurna)
adalah kemampuan untuk
M.E.M.I.L.I.H

Anda memilih untuk membaca dan mengklik notes ini (bahkan meneruskan untuk membaca sampai sejauh ini) karena anda sama-sama 'penasaran' sama seperti saya (yg sampai dikalimat terakhir tadi masih tidak tahu dan penasaran juga akhir tulisan saya sendiri kali ini seperti apa).








Anda memilih untuk tetap men-scrolling mouse anda kebawah untuk tetap membaca tulisan ini meskipun anda mulai meragukan manfaat dan faedahnya bagi anda untuk tetap membaca notes ini.

Bahkan anda tetap memilih untuk melanjutkan membaca notes ini meskipun anda sudah sangat yakin, saat ini saya sedang membuang-buang waktu anda didepan monitor.

Tapi anda memilih.
M e m i l i h.
Yang saya ketahui dari kata itu sampai saat ini adalah kemampuan manusia untuk mengambil jalan yang terbaik (atau yang menurut kita baik) dari berbagai jalan lainnya yang ada untuk hasil yang diinginkan.

Bahwa saya percaya (secara pribadi tanpa bujukan pihak manapun) nasib adalah pola relatif yang mengacu dan berujung pada takdir yang disini berlaku sebagai representatif 'tangan-tangan' Tuhan dalam menciptakan jalan hidup setiap manusia.
manusia sengaja (sepertinya) diberikan kemampuan untuk memilih agar tidak berserah sepenuhnya kepada pola relatif nasib yang berujung pada pola statis takdir.
Karena itulah mungkin semua agama dimuka bumi ini menyerukan setiap hambanya untuk (memilih) berbuat kebaikan dibanding berbuat keburukan.

Tapi tanpa bermaksud mencederai kualitas tulisan saya kali ini, saya tidak ingin memaparkan lebih jauh lagi kepada anda semua tentang wejangan-wejangan sesat saya diatas.

Yang ingin saya garis bawahi adalah
seberapa besarkah kesungguhan kita untuk menggunakan kemampuan terbaik tersebut dalam pengaplikasiannya di dalam kehidupan kita masing-masing?

Kebanyakan dari anda percaya sebuah pilihan datang ditentukan oleh situasi bukan dari diri anda sendiri.

Tentang apa, bagaimana, dan kenapa anda harus memilih sampai saat ini selalu merujuk pada konsekuensi dan resiko yang akan anda terima, bukan hasil yang akan anda terima.

Tanpa bermaksud mengajari dan kurang ajar kepada anda semua,
saya ingin sekali bertanya, apa yang terjadi jika kita dihidupkan tanpa pilihan?

Tidak ada nasib.
Hanya takdir.
Hanya takdir.

Ironisnya,
Dengan beragam pilihan yang anda miliki, terkadang anda berfikir anda hanya memiliki dua pilihan dan seringkali anda terjebak dalam paradigma anda sendiri.

Tanpa bermaksud meludahi buku-buku chicklit dan program-program motivasi jiwa yang kini marak di stasiun tv swasta, saya berpendapat bahwa besarnya mutu dan kualitas dari hasil yang akan anda dapatkan adalah buah keberhasilan anda membunuh ego, emosi, dan arogansi dalam tujuan anda menentukan pilihan itu sendiri masing-masing.

Kegagalan dan keberhasilan bahwasanya bukanlah sebuah akhir.
Dibalik keduanya
sesungguhnya selalu diciptakan nantinya beragam pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki atau mempertahankan itu semua.

Dan anda memilih untuk membaca dan mengklik notes ini (bahkan meneruskan untuk membaca sampai sejauh ini) karena anda sama-sama 'penasaran' sama seperti saya (yg sampai dikalimat terakhir tadi masih tidak tahu dan penasaran juga akhir tulisan saya sendiri kali ini seperti apa)

Akan tetapi kali ini saya yakin seratus satu persen bahwa akhir dari tulisan ini akan berbeda-beda pehamannya bagi masing-masing individu yang telah membuang-buang waktunya membaca notes ini.

Sekali lagi,
Itu pilihan anda.

Sesungguhnya manusia yang baik adalah manusia yang dapat memilih hal yang baik untuk dirinya dan banyak orang.

Sebelum Saya Siapakah Saya?

Sebelum saya siapakah saya?

Saya katakan, saya suka risalah. Seperti batu yang menjadi pasir, seperti laut yang menjadi garam, atau seperti gelap yang meninggalkan embun.
Benarlah kami orang hidup seperti tak hidup.
Ideologi humaniora, kami bentur-benturkan pada poros liar!
Seperti kelompok benalu yang melagukan tentang keikhlasan. Seperti pemerintah yang akan berjanji mengabdi pada janji.
Kami sungguh bukan kami.
Bukan.

Sebelum saya siapakah saya?

Saya, kamu, dia, dan mereka adalah anak Tuhan yang tidak dihidupkan yatim.
Orangtua kami yang terbesar.
Dia sungguh terhebat yang pernah kami miliki.
Kuasanya tak berbatas tak berbalas.
Dan sekali waktu pernahkah kami peduli apalah bagiNya pengabdian?
Sungguh kami jelata nista yang masih tertawa.

Sebelum saya siapakah saya?

Tidakkah saya menyesal untuk kelahiran tak berharap?
Keinginan yang menginginkan ketidak inginan bergemuruh. Inilah kesemuan yang diberikan ibu saya hidup-hidup.


Tapi saya ingin sekali mati membawa iman, ibu.
Tolonglah.
Tolonglah.

Maka sebelum saya siapakah saya?

Interview with Mesin Distorsi

Siapa sih yang tidak tahu MESIN DISTORSI? Atau minimal, siapa diantara kamu-kamu sekalian yang malah belum pernah sekalipun dengar nama tersebut? Ada yang tahu? Atau mungkin malah tidak ada yang tahu? Kalo begitu janganlah kamu merasa rendah diri atau berkecil hati berbesar biji bila kamu-kamu sekalian belum pernah mendengar nama tersebut, itu artinya kamukamu sekalian tidak membuang-buang waktumu dengan membaca sekelumit wawancara saya dengan mereka yang dirangkum dari berbagai pertemuan kami yang tidak penting, setengah mabuk, dan terlalu banyak dustanya ketimbang bohongnya.

Satu-satunya alasan Kenapa pula saya harus melakukan interview ini dengan mereka
karena saya tahu hanya sedikit sekali pemusik di negara ini yang sudi menjual jiwa mereka kepada musik "bum-bum bang" atau yang biasa kita sebut dengan industrial secara umumnya dan perlu ditambahkan pula diantara langkanya pemusik gila macam itu,
masih ada pula pemusik yang lebih gila dengan melacurkan diri mereka dengan cara, tetap setia
dan dengan bangganya pula mengcover ulang lagu-lagu dari band yang tidak seberapa populernya (baca: koil) selama bertahun-tahun belakangan ini.
Jadi wajarlah bila saya sedikit tertarik dan ingin tahu apa yang membuat
Uppi ( Lead Vocal ), Bowo ( Keyboard ), Dido ( Bass ), Arsat ( Drum), Dayat ( Guitar ), Black ( Guitar ), dan Addo ( Sampling ) begitu bergairahnya mengaransemen dan membawakan ulang seluruh lagu-lagu Koil dari berbagai album dan membawakan kembali lagu-lagu Koil pada zamannya masing-masing.
Inilah wawancara yang dengan sekuat hati dan iman, saya coba untuk menuliskannya sebaik mungkin agar tertuang sedikit bermutu disini. Atau kalau memang tidak bermutu setidaknya saya tahu mereka adalah pemusik yang bermutu tapi kurang beruntung tapi saya juga belum mengerti apa maksud saya menuliskan ini jadi sebelum saya berbicara tentang mutu yang saya tahu, banyak yang tidak saya tahu, mari kita mulai saja tetek bengek wawancara brengsek ini.

Lorong Magazine ( LM ) : " Apa kabar Mesin Distorsi? Lagi sibuk apaan sekarang? "

Mesin Distorsi ( MD ) : " Kabar agak baik. Lagi sepi panggung lagi banyakin duit buat rekaman mini album sama lagi nabung buat umroh juga biar dikasi hidayah supaya bisa cepet jadi artis beneran "

LM : " Ngomong-ngomong jadi artis, MD berdiri taun berapa sih? "

MD : " Kalo gak salah tahun 2007an. Waktu itu kita lagi suka-suka nya sama musik-musik luar macem Rammstein, Deathstars atau lokalnya kayak Sel dan Koil gitu. Kebetulan waktu itu beberapa member kita itu juga pecahan dari band-band mereka sebelumnya macem kayak SenyawaMesin dan Kucing Kurus jadi daripada kita gak ngeband karena band-band kita masing-masing juga lagi vakum, kita sepakat buat ngejam trus bawain lagu-lagu tadi. Berhubung equipment kita masih terbatas kita coba untuk mengeksplorasi dibidang yang lain. Contohnya wajah. Biarpun kita miskin equipment tapi kita-kita ini kaya wajah alias rupawan gituh ceritanya. "

LM : " Punya influence darimana aja? "

MD :" 50% Koil, 30% Rammstein, sisanya ya kaya Deathstars, Modulate, band-band yang gak jelas juntrungannya dan terutama juga kami sangat terinfluence dengan yang namanya rupiah "

LM : " Kenapa sih suka banget bawain lagu-lagu Koil ? "

MD : " Yang pertama karena kami ganteng dan merasa pantas membawakan lagu-lagu mereka, yang kedua karena kami adalah fans band ini dan bagi kami bisa membawakan ulang lagu-lagu band ini adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi kami. Ini bukan soal gaya-gayaan. Ini tentang kepuasan kami sendiri dalam bermusik. Dan kami sangat bangga, merasa gaya, puas dan ganteng sekali lagi "

LM : " Lagu Koil apa yang paling sering dicover dan apa alasannya ? "

MD : " Dari sekian banyak lagu-lagu mereka, kami paling suka dengan 'Rasa Takut Adalah Seni' dan 'Karat'. Bagi kami dua lagu tadi adalah hits fenomenal Koil yang timeless. Selain faktor kunci gitarnya gak ribet trus vokalnya juga banyakan cuma teriak-teriak doangan, kami merasa setiap membawakan dua lagu tadi energi ganteng kami mengalir begitu deras mengiringi lagu-lagu fenomenal tersebut "

LM : " Dengan tudingan cuma sebagai band spesialis doang, apa tanggapan kalian? "

MD : " Biarin ajalah orang mau bilang apa. Kita suka dengan apa yang kita kerjain dan kita puas dengan semua karya kita. Entah nantinya mau diterima apa nggak sama orang, kita gak peduli. Bagi kita, bisa membawakan lagu-lagu Koil adalah sebuah kepuasan tersendiri bagi kita. Dan kepuasan itu mahal artinya bagi semua orang, kecuali kamu buaya mars bukan orang jadi wajar kalo kamu gak ngerti kenapa bulan suka terlambat dateng "

LM : " Sebagai sebuah band, apa yang kalian suka dari Koil ? "

MD : " Yang pertama ya dari performance mereka. Terutama wardrobe yah pastinya. Cuma orang buta yang bisa ngeliat yang gak suka sama wardrobe macam gitu. Selanjutnya ya karena mereka bisa menjadikan sebuah lagu menjadi lebih dari sekadar lagu. Melainkan menjadi sebuah dogma dan 'kepercayaan' tersendiri bagi siapa saja dan gak gampang buat melakukan itu semua. Faktor lain yang ngebuat kita suka sama mereka ya karena mereka ganteng-ganteng sama seperti kita "

LM : " Persepsi tentang musik dan Koil itu sendiri ? "

MD : " Pertanyaan lo agak basa-basi tapi buat kita Koil adalah salah satu pemusik yang hebat. Dengan umur yang sangat panjang untuk hitungan band yang tidak populer, mereka masih bisa bikin karya-karya yang tetap bisa diawetkan sesuai dengan kebutuhan di masing-masing zamannya. Dan dengan lirik-lirik yang sangat dapat bisa dipertanggungjawabkan untuk mewakili keadaan sekitar, mereka seolah ngebawa setiap pendengarnya untuk lebih kritis dan peduli terhadap keadaan sekitar masing-masing meskipun kita juga udah sama-sama tahu mereka juga sebetulnya gak peduli-peduli amat sama apapun selain rupiah. Yah yang namanya orang ganteng emang dimana-mana mata duitan gitu sama kayak kita-kita orang "

LM : " Apa yang kalian gak suka dari Koil ? "

MD : " Karena mereka lebih ganteng dan oke dari kita "

LM : " Seberapa jauh sih musik Koil menginvasi kalian ? "

MD : " Jauh sih enggak tapi lebih tepatnya dalem. Sangat dalem. Kita udah lumayan lama suka sama Koil dan secara gak langsung atau malah secara langsung atau secara sadar dan gak sadar, mabuk dan tidak mabuk, musik mereka sudah menjadi bagian dari kami semua. Dan buat kami faktor itu jadi ya semacam kayak apa yah, identitas mungkin? Atau kalo gak boleh dibilang identitas ya jati diri, tapi ya agak-agak susah ngomongin masalah jati diri jaman sekarang ya. Dinegara ini banyak orang yang udah malu mengakui jati diri mereka masing-masing. Tapi kita juga gak peduli-peduli amat sama urusan begituan karena buat kita kegantengan sekali lagi masih menjadi faktor utama "

LM : " Pernah denger Kompilasi Tribute To Koil yang 'Kami Percaya Kaupun Terbakar Juga' kan? Kok gua gak nemu nama kalian disitu? "

MD : " Jawabannya cuma satu, kita belom bikin band ini, waktu kompilasi tea dibikin. Ada pertanyaan laen gak? "

LM : " Kalo seandainya si Jaka bikin kompilasi macam gitu lagi, kalian mau nyumbang apa ? "

MD : " Yang pertama pasti sumbang doa secukupnya karena kita meskipun ganteng-ganteng gini tapi agak-agak kurang bagus untuk urusan finansial dan kita juga gak tau apa hubungannya antara finansial dan doa itu tadi. Selanjutnya kita bakal sumbang kritik. Dan kalo ternyata masih dipaksa juga, kita mau sumbang lagu coveran Koil ' Waktu Yang Berhenti ' aja. Mau jadi apa lagu itu kelak kita belum tau. Kalo ngikutin pasar jaman sekarang sih versi melayu pasti laku. Tapi agak bingung juga gitu tehnik growhl si Otong ditransformasikan ke musik melayu jadinya kayak apa gitu ya. Tapi suatu hari nanti pasti kita coba deh "

LM : " Apa goal kalian sebagai band? "

MD : " Goal? Maksudnya tujuan gitu ya? Kalo ngomongin masalah nanya begituan ke band-band laen pasti jawabannya standar, pengen diterima masyarakat lah atau pengen apa lagi ya, pengen dikenal oleh masyarakat lah. Tapi buat kita diterima atau dikenal itu mah sekunder. Gak penting. Kita maen musik bukan buat kebutuhan masyarakat. Kita bukan bunglon. Kita bikin apa yang kita suka kalo ternyata ada yang laku ya syukur. Kalo kagak ada yang laku ya berarti kita emang gak bakat jualan dan mungkin emang ditakdirkan cuma sebagai pemabuk doangan sekaligus rocker pasif kalo bahasa kerennya gitu. Tapi kita cuma pengen berkarya aja kok. Syukur-syukur masih ada kuping yang mau dengerin kita. Kita suka dengan pilihan ini dan kita juga yakin dengan arah yang kita ambil ini. Atau kalo ngomong gedenya, kita udah punya semacam subjek predikat objek lah kedepannya mau gimana kita-kita ini. "

LM : " Apa lagi ? "

MD : " Oh ia kalo kira-kira ada kesempatan kelak kita juga pengen gitu bikin show sendiri dan dibuka langsung oleh Koil penampilan kita, karena kita juga sama-sama tau sesama band ganteng saling membantu itu wajib hukumnya. Eh wajib kan yah hukumnya? "

LM : " iya, iya. Trus Alamat kontak kemana ? "

MD : " 02191872715 Uppi. e-mail : mesindistorsi@rocketmail.com, facebook : http://www.facebook.com/pages/MESIN-DISTORSI/85613869659?ref=search&sid=1249711740.66426004..1


Dan wawancara ini terpaksa saya sudahi
karena kami semua sudah amat merasa lelah dengan obrolan gak jelas
yang semakin gak ada juntrungannya ini.

Reproduksi Mimpi

Lalu kita berdua akan berpikir hidup seribu juta tahun cahaya lagi. Seperti mereka yang diturunkan di Eden dan yakin sekali akhirnya mati bahagia seperti disatukan begitu saja oleh nirwana.

Tapi dunia ini dirancang sudah dua kali, kekasihku. Satu untuk kesalahan. Dan dua untuk penebusan. Tak ada kata pengampunan di tanah ini.

Maka kita akan berbalik dan bergumam
"apakah dibelakang punggung ini adalah harapan atau penyesalan? "

Dan akhirnya kita berdua tetap akan berpikir hidup seribu juta tahun cahaya lagi, Seperti mereka yang diturunkan di Eden dan yakin sekali akhirnya mati bahagia seperti disatukan begitu saja.

Begitu saja.

Cermin

Yang aku lihat di wajahku adalah embrio kematian. Seperti larva-larva kesakitan yang bergumpal- gumpal. Seperti biakkan benih-benih kemarahan. Seperti ketakutan yang beranak pinak. Seperti kegelapan. Hanya kegelapan.

Yang aku lihat dari wajahmu adalah temaram. Dari elegi malam yang merubah pelangi hitam menjadi pagi. Seperti suara anak kecil yang bermain dibawah hujan. Seperti denting piano putih yang mengalun anggun. Seperti sore hari. Seperti aku pertama kali mendengarmu. Dulu sekali. Dulu sekali

Lalu yang aku lihat di wajah kita adalah awal. Seperti bau embun diujung halamanku. Seperti balita yang sedang terkekeh kepada malaikat. Seperti lautan teduh yang tenang. Seperti kaki-kaki kecil yang belajar berjalan. Seperti permulaan. Permulaan.

Semua yang aku lihat dari wajahku, wajahmu dan wajah kita berdua adalah heterogensi. Sampai akhirnya aku tersadar. Cermin yang kupandangi adalah dirimu. Aku berdiri dihadapanmu dan aku melihat diriku. Terimakasih untuk kemajemukan ini. Terimakasih untuk segalanya. Segalanya

Dan akhirnya yang aku lihat di wajahku adalah wajahmu.

Terimakasih.

Kamis, 28 Januari 2010

MOONDOGS

Semua orang pasti sudah tahu bahwa Donnijantoro atau pria yang akrab disapa Donni ini adalah gitaris sekaligus mastermind dari grup musik Koil. Tapi apakah semua orang juga sudah tahu bahwa dibalik karya-karya mencengangkan yang diberikannya kepada Koil, Donni juga masih memiliki 'band' selain Koil? Bagi anda yang sudah tahu, saya akan mengajak anda semua untuk kembali mundur ke periode tahun 2003-an untuk sekedar bernostalgia sejenak mengingat kembali karya-karya 'mahal' dari gitaris jenius ini. Dan bagi anda semua yang masih juga belum tahu apa yang telah saya bicarakan dari tadi diatas, maka saya akan menuliskan sedikit review saya disini untuk mendeskripsikan se-objektif mungkin album dari salah satu side project brilian yang telah ditulis sekaligus diproduseri sendiri oleh seorang gitaris rock lokal multi talenta.



MOONDOGS.


MOONDOGS berdiri pada sekitar tahun 2003-an dan Menurut pengakuan dari Donni, MOONDOGS adalah tempat terbaik baginya untuk menyalurkan karya-karyanya yang saat itu tidak dapat terpakai oleh Koil. Entah bercanda atau serius tapi Donni mengaku hanya membutuhkan waktu yang kurang dari satu bulan untuk melahirkan album yang didalamnya berisikan empat lagu-lagu industrial rock ini.

Album MOONDOGS saat itu dirilis sendiri oleh Apocalypse Rekords dalam bentuk kaset dan saya tidak jelas juga waktu itu berapa keping tepatnya jumlah yang sudah disebar luaskan ke pasaran, karena terus terang sejak saya mendapatkan album itu pada tahun 2003, sampai saat ini saya sudah tidak pernah melihat kembali Album itu ditemui di semua perdagangan musik baik yang 'gelap' maupun yang terang benderang sekalipun.

" Pretty Vacant " mengawali empat nomor di album ini. sebuah remix dari karya Sex Pistol yang terkenal itu dapat di sajikan kembali secara utuh oleh MOONDOGS dengan identitas baru yang sangat gelap dan lebih danceable. Dibuka dengan intro ambience yang perlahan dan menghanyutkan, namun memasuki menit-menit selanjutnya, anda akan merasakan dunia baru yang ditawarkan MOONDOGS untuk kuping anda. Dentuman-dentuman mesin industrial seolah mendadak berjatuhan mengiringi bebunyian ajaib lainnya yang membawa kita sekejap lupa oleh ambience yang di awal tadi sudah membuai sendu telinga kita. " Oh, we're so pretty, oh so pretty vacant.. "

Nomor selanjutnya " My Memory Serves Me Far Too Well " juga tidak akan banyak membantu anda untuk menyelamatkan diri anda dari teror dan kepungan dentum mesin-mesin berdistorsi yang telah anda temui di nomor sebelumnya. Sungguh impresi yang mendalam dan mengagetkan telah datang bertalu-talu dari speaker bobrok saya ini.

Akan tetapi justru " A Lifetime Serving One Machine " lah yang menurut saya klimaks dari album ini. Nomor ketiga yang diletakkan diawal side b tersebut membuat saya mendadak terlunta-lunta tanpa tujuan yang jelas didalam alam imajinasi yang saya ciptakan sendiri. Diawali dengan pattern dentuman drum mesin khas industrial kasar dan sadis yang berjalan sendirian, lalu sekejap kemudian bebunyian-bebunyian ajaib itu berserakan dimana-mana. Membuat anda tetap terjaga dan terus berfikir " Suara apa saja ini? "

Akhirnya " One Day is Fine, The Next is Black " menjadi lagu penutup album ini. Mengawang, imajinatif, dan melankolis. Sebuah tembang penutup yang sempurna untuk mengakhiri teror dan kegelisahan yang diciptakan oleh nomor-nomor sebelumnya. Tetap melankolis tanpa menghilangkan unsur sadis.

Overall, album ini sangat layak untuk dimiliki oleh anda yang ingin tahu seperti apa sih teror bebunyian itu. Atau yang dideskripsikan sendiri oleh MOONDOGS di sleve covernya " Dog Music For Moon People ". Inilah album yang patut anda dapatkan. Sebuah rilisan album yang kelam, mencekam, sekaligus cerdas yang ditulis sendiri oleh salah satu artist lokal bertalenta cemerlang. Selamat menyelami fantasi dan imajinasi tergelap anda kedalam batas dan lorong-lorong yang tak berujung dan berkesudahan.